Random Post

.
Home » » Memaknai Angka 10 (belajar dari kekalahan telak timnas)

Memaknai Angka 10 (belajar dari kekalahan telak timnas)

Written By REDAKTUR on 01 March 2012 | 12:18 AM

oleh Gilang Mahesa

Tim Hoki AS yg terdiri dari pemain muda & pernah dicemooh.

Ada kisah nyata yang menarik terjadi di tahun 1980, Ajang Olimpiade Musim dingin di Lake Placid USA mencatat sebuah kejadian yang menginspirasi banyak orang bahkan dibuatkan film nya yang berjudul Miracle on Ice.

Satu tahun sebelum ajang Olimpiade tersebut, Komite Olimpiade Amerika dan Federasi Hoki Es Amerika (cabang olahraga paling bergengsi di ajang olimpiade musim dingin) mengalami masa krisis dengan ditandai pembangkangnya klub-klub di Liga Pro (NHL) melawan Federasinya, masalah ini berimbas kepada Federasi tidak memanggil pemain yang bermain untuk klub di NHL untuk memperkuat team Olimpiade USA, pemain dan klub pun kemudian sepakat memboikot Federasi.

Saat itu pilihan Federasi dan Komite Olimpiade USA adalah menggunakan pemain muda dibawah usia 20 tahun yg merupakan para pemain liga universitas di USA (NCAA), mereka pemain muda, baru yang tidak dikenal publik dan minim pengalaman. Ketika wacana ini disampaikan kepada dewan pelatih nasional, tidak ada satu pun pelatih yg berani memgambil beban dan tanggung jawab untuk menjadi pelatih Team Hoki Es USA tersebut. Mereka menyatakan tidak bisa melatih team yg diciptakan untuk gagal, mereka tidak mau karir dan reputasi kepelatihan mereka rusak hanya gara - gara jadi pelatih team muda yang baru lagi minim pengalaman.

Dunia kemudian mencatat seorang bernama Herb Brooks, pelatih kepala University of Minnesota yang berani mengambil tugas, peran dan tanggung jawab serta beban menjadi pelatih kepala Team Hoki Olimpiade USA. Setahun waktu persiapan yg diberikan jelas tidak cukup, tapi dia manfaatkan dgn maksimal. Dimulai dengan memilih 20 pemain dari 200 pemain yg mengikuti seleksi. Seleksi dgn cara yg unik, Herb melihat karakter bukan hanya kemampuan bermain si pemain saja. oleh karena itu ketika 25 nama diumumkan, banyak pemain yg bagus di NCAA yg tidak lolos seleksi. Putusan Herb tsb jadi kontroversi bahkan dicerca baik oleh publik, sesama kolega pelatih, klub atau bahkan di dalam Federasi sendiri.
Patung Herb Brook.



Tapi Herb jalan terus, ia butuh pemain yg memiliki karakter yang baik bukan hanya soal nama besar dan kemampuan. Herb Brook kemudian memilih EROPA sebagai tempat training centre sekaligus berujicoba dgn beberapa klub di Eropa yg hasilnya tidak memuaskan. Di ujicoba terakhir yang kurang memuaskan, Herb melihat para pemainnya belum bermain dalam sebuah karakter yg kuat, lalu dia meminta semua pemainnya tidak meninggalkan arena dan diminta berlari bolak balik dari ujung ke ujung lapangan. Setiap balikan dia bertanya kepada para pemainnya, untuk siapa kalian bermain ? Berulang kali ditanyakan berulang kali juga mereka menjawab dengan tidak memuaskan Herb, lalu Herb akan mengatakan AGAIN sambil asistesnya meniup peluit dan pemain kembali lari sprit dari ujung lapang kembali ke ujung yg lain. Berjam jam ritual tersebut dilakukan, pemain sampai muntah-muntah dan management stadion sampai harus mematikan lampu untuk menghentikan ritual tersebut, tapi di dalam kegelapan Brook tetap berteriak AGAIN, sampai kemudian Buzz Schneider berteriak : saya Buzz Schneider saya bermain untuk United State of America, dan ritualpun berakhir.

Yg paling kontroversial adalah ketika beberapa minggu sebelum Olimpiade dimulai, Herb minta team kuat Uni Soviet yang terdiri dari pemain profesional dunia untuk berujicoba, banyak orang yang tidak paham soal ini, bagaimana tidak team yg masih muda, belum berpengalaman harus bertanding ujicoba degan sebuah team yg level kemampuannya 3 kali lipat lebih tinggi. Mereka mengganggap ini hal GILA, menghadapkan anak muda bau kencur melawan pemain profesional berpengalaman.

Dan hasilnya? USA dipecundangi 10 - 3 oleh Soviet di kandang USA sendiri di Madison Square Garden Stadium, kekalahan terbesar yg pernah dialami team hoki es USA di masa itu. Setelah pertandingan ini, tidak ada satu orangpun yg berani berharap kepada akan masa depan team ini. Bahkan diantara mereka yang telah memiliki tiket pertandingan Olimpiade lebih senang membuangnya atau menjual dengan murah. Itulah kemudian mengapa di laga awal Olimpiade, stadion banyak terlihat bangku kosong.

Tapi sejarah berbicara lain, team yg diragukan karena di pencundangi dengan sangat keras tersebut ternyata yang kemudian bisa meraih medali emas olimpiade dengan mengalahkan Soviet yg ‘membunuh’ mereka 10 gol sebelum olimpiade di mulai. Setelah Olimpiade usai Herb berbicara ke media soal ini.

Dia mengatakan bahwa, para pemain muda itu harus belajar merasakan bagaimana tidak enaknya kalah dipecundangi dgn telak, anak muda itu harus belajar bahwa kemenangan itu harus diperjuangkan sepenuh hati, anak muda itu harus mempunyai rasa malu, karena rasa malu itu adalah kekuatan. Herb sadar bahwa cara dia beresiko besar, ia akan dihujat dianggap mempermalukan negara, apalagi saat itu era perang dingin memasuki fase tertingginya tidak ada ceritanya USA harus kalah dari Soviet. Tapi Herb terus maju dengan rencananya, Federasi juga akhirnya mendukung. Herb mengatakan kepada pemain muda itu bahwa kekalahan telak 10 gol itu menunjukan dimana level mereka dan apa yang harus mereka kerjakan kedepan sebagai perbaikan.

Timnas Muda PPD yg dihajar 10-0 oleh Bahrain.

Malam kemarin, 18 anak muda bangsa ini juga menjalani sebuah beban takdir yang nyaris sama. 18 anak muda ini harus menanggung beban yg di tinggalkan oleh pendahulunya untuk menyelesaikan pertandingan terakhir PPD melawan Bahrain. Pertandingan yg sebenarnya tidak akan berpengaruh apapun bagi Indonesia karena sebelum partai ini digelar, Indonesiasudah dipastikan tersingkir dari putaran PPD setelah team senior kami mengalam 5 kali kekalahan dengan jumlah 15 gol yang bersarang ke gawang kami.

18 anak muda ini rata rata baru pertama kali membela merah putih, mereka masih muda, tidak berpengalaman, kurang jam terbang dan kalah kelas levelnya dibanding Bahrain. Aji Santoso pun menjalani takdir pertama kalinya menjadi pelatih kepala Team Nasional Indonesia. Pertandingan yang harusnya biasa tersebut akhirnya menjadi luar biasa ketika wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Dan angka 10 pun kemudian berbicara banyak !

Anak anak muda itu kalah 10 gol dan harus bertarung habis habisan hanya dengan 10 pemain dari mulai menit ke 2. 10 kali tercatat penyelamatan penjaga gawang termasuk 2 tendangan penalti yg gagal. Hanya 10 kali juga pemain kita melakukan tendangan ke arah gawang baik tepat sasaran ataupunn tidak dan gara - gara 10 gol ini juga kemudian Team Nasional dan PSSI panen cacian, makian dan hujatan. 10 gol ini juga mencatatkan mereka menjadi bagian dari sejarah kekalahan terbesar Indonesia di ajang PPD setelah sebelumnya dipegang oleh Team Nasional kita yg bertanding di Pra Piala Dunia 2010 yang mengalami kekalahan 7 – 0 dari Suriah di Fase pra-kualifikasi ( bukan fase group ).
Kekalahan telak harus menjadikan semua pihak bangkit.


Ya, anak anak muda itu akhirnya harus menjalanai takdir dan tercatat sebagai bagian dari sejarah kelam sepakbola kita, sama seperti Buzz dkk diawal karir mereka sebagai pemain nasional mereka.

Bagi saya, angka 10 itu berbicara banyak sekali makna. Saya bersyukur dengan semua hal ini karena dibalik cacian, makian ataupun support/dukungan yg diberikan, sebenarnyaada kecintaan dan kepedulian bagi sepakbola Indonesia setelah 10 tahun kita tertidur tidak peduli.

Sebelum 10 gol itu, 10 tahun kita mengganggap kekalahan team nasional kita disemua ajang kompetisi adalah hal biasa, bahkan di dalam kekalahan kita tetap saja berikan pujian dan sanjungan , tapi malam kemarin kita sadar bahwa kita sangat butuh sebuah prestasi

Sebelum 10 gol itu, 10 tahun kita merasa biasa saja ketika kita tidak bisa berbicara prestasi apapun disemua level kompetisi yg kita ikuti, bahkan hanya sekedar juara di level U17 ASEAN pun begitu sulit, tapi malam kemarin kita kemudian sadar bahwa kita harus mulai berjuang keras memantaskan diri untuk bisa dihargai

Sebelum 10 gol itu, 10 tahun kita merasa tidak terganggu ketika sepakbola kita ‘melakukan’ puasa panjang tanpa gelar, malam kemarin kita sadar bahwa gelar itu adalah bagian dari harga diri sepakbola kami yg telah hilang 10 tahun lamanya


Bagi saya, anak - anak muda ini punya harapan masa depan, jangan dihujat dan dikerdilkan, dengan hasil ini mereka akan belajar tentang rasa malu dan pahit dan soal menjaga sebuah kebanggan. Saya berharap, anak - anak muda ini akan belajar tentang arti memperjuangkan secara sungguh - sungguh kehormatan sebuah lambang garuda di dada, mereka belajar banyak soal ini malam kemaren.

Tapi sejujurnya, anak anak muda inilah yg memberikan pelajaran kepada kita, mereka menunjukan kepada kita soal pentingnya nilai kebersamaan sebuah bangsa, mereka juga menunjukan kepada kita dimana sebenarnya level sepakbola kita saat ini. Kita harus mulai bebenah dari sekarang, membangun pondasi masa depan yang benar untuk sepakbola kita. Pondasi yang kuat dan kokoh bagi sepakbola kita.

Ketika melihat anak asuhannya kalah telak 10 gol dari Soviet, Herb Brooks berkata bahwa jika negara ini ingin memiliki impian, biarkan anak muda yang menjalaninya, karena impian itu adalah sebuah takdir masa depan bukan hari ini. Dan ketika Herb melihat anak asuhannya berdiri di podium Olimpiade, dia berkata bahwa setahun lalu tidak ada yang mengenal anak – anak muda ini, mereka diacuhkan, dianggap remeh dan tidak diperhitungkan, mereka pernah kalah 10 gol, tapi hari ini mereka buktikan pada dunia bahwa kejayaan bukan diukur dari banyaknya gol yang harus mereka terima di gawang mereka tapi bagaimana mereka mengambil sikap, mereka bisa saja menyerah saat itu karena malu atau memilih kembali bangkit dan membuktikan bahwa masa depan ada untuk mereka, dan lihatlah mereka memilih bangkit walaupun sedikit dari kami warga Amerika yang mendukung mereka ketika diawal mereka berjuang untuk bangkit !

Wartawan Olahraga Amerika kemudian menulis di tahun 1990, 10 tahun setelah Lake Placid – “ dulu kita memiliki impian karena ada anak – anak muda yg tidak dikenal mau berjuang untuk bangsanya mereka kalah memalukan diawalnya tapi mereka tidak menyerah untuk membangun impian, hari ini kita memiliki The Dream Team dengan pemain terkenal yang bergaji besar dan dikenal publik, tapi kita telah kehilangan impian itu “

Indonesia bisa memilih hari ini, tetap memiliki mimpi dengan segera bekerja kembali membenahi sepakbola kita terutama dengan membangun pondasi masa depan yang baik dengan memberikan anak – anak muda itu kesempatan lebih besar dan menyelesaikan banyak pekerjaan rumah dengan cepat, atau menyerah kalah dan lebih menyukai mengolok – olok hasil yang kita peroleh malam kemarin bahkan berfikir untuk meruntuhkan sebuah pondasi bangunan yang baru saja kita coba ditata ulang hari ini.

Ya, Indonesia bisa memilih, begitupun dengan saya, saya lebih memilih mendukung anak – anak muda tersebut untuk tetap memiliki mimpi, gelanggang mereka bukan di Bahrain tadi malam, mereka bisa buktikan di gelanggang sesungguhnya di Piala AFF U22, AFF 2012, Sea Games 2013, Pra Olimpiade 2014 dan Pra Piala Dunia 2014, itulah gelanggang mereka sesungguhnya.

Angka 10 itu berbicara banyak kepada kita malam kemarin, bermain 10 orang sejak menit ke 2 perlu keajaiban untuk bisa bertahan lama bermain dilapangan dengan suhu 100 c, kawan saya yg saat ini sdg bekerja di sebuah media olahraga di Inggris mengatakan tadi malam, bahkan pemain muda berpengalaman Inggris pun akan mengalami kesulitan untuk tidak kalah dengan skor yang besar ketika mereka hanya memiliki 10 pemain dilapangan melawan 11 pemain lawan yang memiliki level permainan lebih tinggi sejak awal laga.

Timnas U-21, harapan masa depan.

Ayo bangkit dan tetap semangat membangun masa depan sepakbola Indonesia menjadi lebih baik ! kita masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk diselesaikan!
Share this article :

0 komentar:

.

.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PROPUBLIK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger