Marsinah, Simbol Perjuangan Kaum Proletar. |
Namun, sekitar pukul 22.00 WIB, wanita pemberani itu lenyap bersama keberaniannya. Dia hilang entah kemana. Barulah tiga hari kemudian keberadaan aktivis buruh itu jelas, namun dengan nyawa yang sudah meregang. Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun Jegong Kecamatan Wilangan, Nganjuk, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.
Sebelum dihabisi, Marsinah dikenal lantang memperjuangkan nasib kaumnya. Dia aktif dalam unjuk rasa menuntut kenaikan upah pokok buruh, sebagaimana diamanatkan Surat Edaran Gubernur Jatim Nomor 50 Tahun 1992. Namun sebelum perjuangannya membuahkan hasil, dia sudah dibungkam dengan cara yang keji.
30 September 1993, Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk menginvestigasi kematian Marsinah pun dibentuk. Hasil penyidikan menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas.
Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung (MA) membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni). Putusan MA tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah direkayasa.
Kini hampir 19 tahun berlalu, kematian Marsinah masih menjadi misteri. Ketidakjelasan kematian Marsinah seolah menggambarakan ketidakjelasan nasib kaum yang pernah dibelanya sampai sekarang. Para pekerja masih dililit berbagai persoalan serius. Mulai dari sistem kerja kontrak, outsourcing, hingga jaminan sosial yang belum dirasakan oleh para buruh.
Bersama ribuan rekan-rekannya di seluruh dunia, hari ini, Selasa (1/5) buruh Indonesia kembali turun ke jalan. Mereka hanya ingin menunut sistem kerja yang adil. Melawan ketidakadilan yang dulu juga ditentang Marsinah.
0 komentar:
Post a Comment