Bonek yang membawa anak-anak protes anak aksi represif polisi.(tempo) |
Kejadian sore tadi bukannya tawuran antarsuporter, melainkan upaya pembubaran polisi terhadap para bonek di Stadion Gelora 10 November Tambak Sari, Surabaya. Sejatinya ihwalnya sederhana, yaitu setelah pertandingan Persebaya melawan Persija Jakarta usai (skor 3-3), beberapa bonek ingin mencabut spanduk yang mereka pasang sebelumnya. Namun, upaya bonek ini dihalangi oleh aparat kepolisian yang berjaga-jaga di sana. Tak ayal, bonek pun mencoba untuk mendorong agar niatnya mencopot spanduk kesampaian.
Polisi bertindak represif dan cenderung berlebihan ketika menembakkan gas air mata.(tempo) |
Kondisi demikian kocar-kacir menjadikan salah satu suporter Persebaya disebut-sebut jatuh dan terinjak rekannya ketika menyelamatkan diri dari gas air mata. Purwo Adi Utomo, salah seorang suporter disebut sebelumnya pingsan sesaat setalah gas air mata ditembakkan ke tribun ekonomi dan terjatuh. Nyawa siswa Sekolah Menengah Kejuruan V Surabaya itu tak tertolong. Ia meninggal dunia.
Bila melihat tayangan tindakan aparat polisi sewaktu `mengamankan` pertandingan sepakbola itu bisa dikatakan terlalu berlebihan. Di dalam stadion, ketika kita lihat tayangannya, mereka seharusnya tidak menembakkan gas air mata, karena para bonek tidak bertindak anarkis. Mereka, para bonek, waktu itu hanya memprotes mengapa mereka tidak diperkenankan mencopot spanduk miliknya. Meski ada beberapa bonek yang melampiaskan kekecewaannya itu dengan melemparkan botol air minum ke arah petugas.
Sejumlah bonek mengevakuasi temannya yg terkena gas air mata.(tempo) |
Kepolisian seharusnya bisa bertindak arif dan bijaksana. Mereka seharusnya tidak bertindak represif ketika para bonek ingin mencabut spanduk milik mereka. Polisi yang bertugas mengamankan jalannya pertandingan, seolah malah bertindak diluar koridor itu. Di luar stadion mereka juga bertindak berlebihan, dan seolah menisbikan Hak Asasi Manusia (HAM).
Semoga tindakan aparat kepolisian yang menjaga pertandingan antara Persebaya dengan Persija Jakarta pada 3 Juni sore tadi itu tidak ada pesanan khusus dari pihak tertentu. Apalagi bila mereka seolah bertindak represif terhadap suporter, meski dalihnya ingin membubarkan konsentrasi massa bonek setelah pertandingan. Atau ada yang beralasan polisi lagi terkepung suporter dan mereka ingin membubarkannya.
Seharusnya hal itu tidak perlu terjadi bila polisi bertindak bijak. Mereka merupakan pengayom masyarakat, sehingga jangan sampai malah menimbulkan keresahan di masyarakat.
Semoga kejadian tadi sore menjadikan seluruh aparatur kepolisian lebih dewasa, profesional, dan mandiri (independen. Jangan sampai mereka terjebak pada kepentingan sesaat dan mengubur idealisme sebagai aparat penegak hukum.
0 komentar:
Post a Comment