Home »
» WOC, Deklarasi Kelautan dan Optimalisasi Ekonomi
WOC, Deklarasi Kelautan dan Optimalisasi Ekonomi
Written By REDAKTUR on 30 January 2009 | 5:18 AM
Baliho, spanduk, umbul-umbul, maupun famlet terlihat meriah hampir di setiap sudut Kota Manado, Sulawesi Utara. Begitu pula dengan pembangunan maupun penataan kota di sana terlihat cukup massif, seolah ‘kejar tayang’.
Rupanya, kota tersebut sedang menyiapkan hajatan akbar World Ocean Conference 2009 dan Coral Triangle Initiative (CTI) 2009. Hajatan dunia dan sudah diakui sebagai agenda resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang digelar 11-15Mei 2009 ini merupakan bukti bahwa negeri ini diakui sebagai Negera Kepulauan Terbesar di dunia yang memiliki wilayah perairan yang begitu luas.
Indonesia, sebagaimana yang telah kita ketahui, dua pertiga wilayahnya terdiri atas laut. Bila diukur, luasnya sekitar 58 juta kilometer persegi. Oleh karenanya, even WOC maupun CTI 2009 kali ini merupakan hajatan yang menentukan bagi negeri ini.
Kesuksesan Manado dalam menyelenggarakan even ini tentu merupakan kesuksesan Indonesia. Konferensi kelautan duni yang akan dihadiri oleh para kepala negara yang negaranya memiliki laut dan pantai, peneliti, organisasi nonpemerintah, sektor swasta, maupun pengambil kebijakan untuk pencapaian komitmen internasional dalam pengembangan sumber daya laut yang berkelanjutan dan demi kemakmuran manusia ini tentu menyedot perhatian dunia.
Oleh karenanya, persiapannya pun senantiasa dipantau langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Seperti pada 25 Desember 2008 lalu, presiden yang waktu itu didampingi Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, Menteri Koordinator Bidang Politik,Hukum,dan Keamanan Widodo A.S., Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Menteri Kelautan dan Perikatan Freddy Numberi, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, dan Juru Bicara Kepresidenan Andi A. Mallarangeng dan Dino Patti Djalal meninjau persiapan WOC 2009.
Presiden Yudhoyono menandaskan lantaran waktu sudah begitu mepet, diharapkan berbagai persiapan termasuk pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyukseskan even internasional itu dipercepat pembangunannya. “Salah satu kunci sukses adalah kesiapan dari prasarana dan sarana yang ada di tempat ini,” kata Presiden Yudhoyono.
Penyelenggaraan WOC 2009 dan CTI 2009 tersebut penting artinya dalam upaya melestarikan lingkungan kelautan dan menanggulangi dampak pemanasan global. Seperti diutarakan Presiden Yudhoyono, WOC penting untuk menyatukan dan memperkuat komitmen dan aksi-aksi nyata dari bangsa-bangsa di dunia untuk mendayagunaan dan mengelola sumber daya kelautan yang ada di bumi untuk kemakmuran rakyat tanpa merusak lingkungan.
“WOC penting untuk menyinergikan langkah dan aksi nyata kita untuk memelihara lingkungan kelautan guna mengatasi climate change dan mengantisipasi global warning. Jika bumi panas, kehidupan anak cucu kita, generasi mendatang, tidak akan selamat. Kita memiliki tanggung jawab moral untuk berbuat dan bertindak dengan arif demi masa depan anak cucu kita,” tutur Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Manado Ocean Declaration
Sementara itu, Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Sesmenko Kesra) Prof. Dr. Dwisuryo Indroyono Soesilo beberapa waktu lalu memaparkan, Pemerintah Republik Indonesia selaku penyelenggaran Konferensi Kelautan Dunia (WOC) 2009 menargetkan bahwa laut dan terumbu karang merupakan isu penting dunia.
Oleh karenanya laut harus berperan dalam pengurangan dampak perubahan iklim dan menjadi isu dunia. Sesmenko Kesra juga mengatakan, WOC 2009 tersebut juga menargetkan dilahirkannya Manado Ocean Declaration (Deklarasi Kelautan Manado). Prof. Indroyono yang juga sebagai Sekretaris Panitia WOC 2009 menjelaskan, WOC 2009 merupakan amanat Sidang Umum PBB ke-63 dan implementasi Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2007 dan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2008.
Diharapkan dengan lahirnya Deklarasi Kelautan Manado bisa menjadi titik awal perubahan paradigma. Sebuah paradigma baru bagi percepatan pembangunan kelautan baik tingkat daerah maupun pusat.
Deklarasi tersebut diharapkan juga bisa membulatkan tekad warga dunia untuk bersatu padu dalam menjaga bumi ini dari dampak global warning (pemanasan global). Sebab, bila hal tersebut tidak dijaga maka kedua kutub bumi sedikit demi sedikit akan mencair.
Seperti diutarakan Prof. Indroyono, bila pemanasan global tidak lekas ditanggulangi bersama, diperkirakan pada 2050 nanti wilayah Tanjung Priok, Ancol, dan Pantai Indah Kapuk akan tenggelam. Hal ini diakibatkan oleh naiknya permukaan air laut lantaran dampak dari pemanasan global.
Bahkan, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengatakan bahwa berdasarkan data dari riset ahli PBB diprediksikan Indonesia akan kehilangan sekitar 2.000 pulaunya karena permukaan air laut naik sekitar 89 centimeter.
Tentu prediksi tersebut begitu mengkhawatirkan, sehingga sudah menjadi kewajaran semua pihak melakukan berbagai upaya untuk mengurasi emisi gas buang yang bisa menimbulkan efek rumah kaca dan menjadikan suhu bumi makin panas. Penyelamatan lingkungan sudah demikian mendesak dilaksanakan, dan ini bukan hanya menjadi pekerjaan rumah satu dua negara saja melainkan seluruh negara di dunia, termasuk negara-negara maju yang ditengarai menjadi kontributor terbesar pemanasan global.
Penyelamatan Lingkungan
Penyelenggaraan WOC 2009 ini bertemakan “Climate Change Impacts to Ocean and The Rule of Ocean to Climate Change”. Tema sentral tersebut diharapkan bisa menyadarkan para warga dunia akan pentingnya menjaga lingkungan untuk meminimalisir dampak pemanasan global. Salah satu yang menjadi fokus perhatian adalah menyangkut posisi kelautan dalam perubahan iklim tersebut.
Dalam pertemuan negara-negara PBB yang membahas tentang perubahan iklim dunia di Bali Desember 2007 silam, isu laut begitu minim pembahasannya. Dari 800 sesi dalam pertemuan tersebut, hanya satu sesi saja yang membahas masalah kelautan.
Padahal, isu kelautan begitu strategis. Seperti diutarakan Prof. Indroyono, apa yang terjadi kalau temperatur bumi semakin panas, es di kutub akan mencair dan pulau-pulau kecil pun akan tenggelam. “Diperkirakan, pada tahun 2030 pulau-pulau kecil di Indonesia akan tenggelam bila pemanasan global tidak dicegah,” papar Indroyono saat jumpa pers akhir Januari lalu.
Prof. Indroyono juga megungkapkan, selama ini masalah utama yang dihadapi laut kita antara lain, degradasi potensi laut yang sangat besar, perubahan iklim global, bencana laut, polusi laut, dan kemiskinan di wilayah pesisir pantai.
Kondisi tersebut tentu negara kita selama ini aktif untuk mengajak berbagai pihak termasuk negara-negara lain untuk memperhatikan kondisi laut dan apa yang terkandung di dalamnya. Selama ini, Indonesia aktif dalam program kelautan regional dan internasional. Misalnya saja pada 2005 di mana Indonesia turut aktif membahas kebijakan laut di wilayah Asia Pasifik. Lalu, pertemuan 10 negara yang menegaskan untuk memerangi penangkapan ikan secara ilegal.
Tidak hanya itu, Indonesia juga pernah menggelar pertemuan yang membahas tentang kepemilikan mineral yang ada di bawah laut baik perairan regional maupun internasional. Kemudian, pada September 2007 meluncurkan inisiatif menyelamatkan sekitar 500-600 spesies keanekaragaman hayati berupa terumbu karang di wilayah segitiga terumbu karang yang luasnya mencapai 75.000 kilometer persegi.
Nah, untuk menjaga terumbu karang maka bebarengan dengan WOC 2009 diselenggarakan pula CTI 2009 yang diikuti oleh enam negara. Negara-negara yang memiliki terumbu karang itu ialah, Indonesia, Malaysia, Papua New Guniea, Solomon Island, Filipina, dan Timor Leste. Sementara dalam CTI 2009 nanti juga dihadiri oleh Amerika Serikat dan Australia sebagai negara peninjau.
CTI merupakan side events dari penyelenggaraan WOC 2009. Kegiatan ini akan membahas pentingnya pelestarian terumbu karang sebagai bagian dalam upaya mengantisipasi perubahan iklim serta menghadapi ancaman pemanasan global didahului dengan Senior Official Meeting (SOM).
Keenam negara peserta tersebut berposisi “Coral Triangle” (segitiga terumbu karang), sehingga perlu suatu kerjasama dalam melindungi kawasan terumbu karang tersebut. Segitiga terumbu karang tersebut memiliki luas sekitar 75.000 kilometer persegi di mana terdapat sekitar 500 spesies dari 800 spesies terumbu karang yang ada di dunia. Selain itu di sana juga terdapat sekitar 3.000 spesies ikan.
Meningkatkan Ekonomi Budaya
Selain penyelengaraan WOC dan CTI 2009, akan diadakan pula SAIL BUNAKEN 2009. Kegiatan yang dilaksanakan pada 12-20Agustus 2009 ini dilaksanakan sebagai implementasi dari Hasil WOC 2009. Seperti dijelaskan Prof. Indroyono, dalam SAIL BUNAKEN 2009 tersebut akan digelar Parade Kapal Layar Tiang Tinggi dan Parade Kapal Perang Manca Negara beserta 7.000 pelaut dunia selama 8 hari di Manado.
Even ini diharapkan bisa menjadi stimulus program Visit Sulawesi Utara 2009 dan menjadikan provinsi ini sebagai daerah tujuan wisata dunia. Ke depan, diharapkan daerah Sulawesi Utara bisa menjadi daerah tujuan wisata seperti Bali.
Dengan demikian, kepentingan ekonomi masyarakat akan didorong dengan penyelenggaraan tersebut. Lihat saja dari berbagai geliat ekonomi menjelang berlangsungnya even WOC , CTI, maupun SAIL BUNAKEN tersebut. Hotel-hotel didirikan. Begitu pula dengan sarana jalan dan berbagai fasilitas pendukung lainnya, dibangun dengan massif dan cepat.
Hal itu tentu membawa dampak ekonomi yang tidak sedikit bagi masyarakat Sulawesi Utara, terutama di Kota Manado. Mereka secara ekonomi bisa lebih berdaya, karena aktivitas usahanya lebih maju lagi. Begitu pula dengan berbagai usaha pendukung wisatan di sana seperti kerajinan tangan lokal dan juga berbagai pengusaha makanan tradisional maupun restoran di sana. Sederhananya kemajuan ekonomi pastilah semakin pesat di sana.
Oleh karenanya, even WOC, CTI, dan SAIL BUNAKAN sangat penting bagi masyarakat Manado khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Dari even ini pemerintah kita juga akan semakin meningkatkan perhatiannya pada sektor kelautan di Indonesia.
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
0 komentar:
Post a Comment