Random Post

.
Home » » Poco-poco dan Yoyo

Poco-poco dan Yoyo

Written By REDAKTUR on 28 January 2009 | 1:04 AM


Megawati Soekarnoputri sepertinya cukup menggelitik bila membuat perumpamaan. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) ini dahulu membuat perumpamaan pemerintahan sekarang ini seperti menari Poco-Poco dalam membuat kebijakan publik. Duet SBY-JK dinilainya peragu dan kurang tegas dalam mengambil kebijakan.

Kini, sewaktu Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI Perjuangan di Solo, Jawa Tengah, putri Proklamator Soekarno ini kembali melontarkan perumpamaan cukup pedas pada pemerintah. Ia menyebut pemerintah sekarang ini memperlakukan rakyat seperti Yoyo.

Pemerintah SBY-JK dinilai mengambil kebijakan yang kurang konsisten, yakni dinaik-naikkan dan diturun-turunkan, kemudian digoyang-goyang. Tentu kita bisa memahami bahwa apa yang disebut dinaikkan, diturunkan, dan kemudian digoyang-goyang tersebut merupakan harga bahan bakar minyak (BBM).

Dari pernyataan ini tentu wajar-wajar saja di mengatakan demikian, karena kebijakan pemerintah tersebut kemudian disusul dengan iklan politik Partai Demokrat, partai pendukung SBY.

Meski demikia, tentu akan lebih elegan lagi bila semua pihak sadar terhadap aksi politik yang dilakukannya. Partai Demokrat tentu harus menjaga agar jangan sampai apa yang dilakukan pemerintah sekarang ini seperti 'Jualan Program' untuk kepentingan 2009 saja. Lihat saja iklan partai ini yang menyebutkan beberapa program pengentasan kemiskinan seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri), hingga KUR (Kredit Usaha Rakyat) dikaitkan dengannya.

Masih belum cukup, iklan serupa juga diperlihatkan partai tersebut dengan menyebut keberhasilan ekonomi pemerintah sekarang ini sebagai salah satu jualannya. Tentu ini bisa dipandang lain oleh masyarakat bila mereka terlalu fulgar memperlihatkan 'klaim' mereka itu.

Sementara apa yang dilontarkan Megawati seyogianya bukanlah mengkritik kebijakan yang menyangkut rakyat kecil, terlepas dari 'adanya' kepentingan politik tertentu di balik itu. Setidaknya masyarakat agar lebih tenang karena kebijakan tersebut benar-benar berimbas positif ke akar rumput.

Meski kebijakan penurunan harga BBM masih belum sepenuhnya mempengaruhi penurunan berbagai harga kebutuhan, akan tetapi kebijakan tersebut memicu kebijakan serupa lainnya. Ambil contoh penurunan tarif angkutan dan harga minyak goreng yang diharapkan bisa membawa pengaruh lebih besar lagi pada kehidupan masyarakat.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya, aksi para politikus tersebut malah berimbas kurang baik pada kehidupan masyarakat. Misalnya, atas reaksi atau sikap politik itu lantas ditanggapi negatif oleh pasar. Harga kebutuhan kembali naik, dan akhirnya kembali masyarakat kecil harus menjadi korbannya.

Sah-sah saja duo pimpinan negeri ini, SBY-JK, yang masing-masing membawa baju kebesaran partainya masing-masing. Boleh-boleh saja mereka saling mengklaim keberhasilan ekonomi maupun penurunan harga dan berbagai program penanggulangan kemiskinan sebagai iklan politik mereka. Namun, sekali lagi, mereka harus arif dalam melaksanakan 'ambisi' politiknya itu.

Iklim politik boleh panas, tapi jangan sampai membakar keadaan masyarakat kecil. Semoga para politikus negeri ini tidak hanya berambisi pada kekuasaan belaka, akan tetapi benar-benar berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara. Semoga.
Share this article :

0 komentar:

.

.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PROPUBLIK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger