PEMUDA

Bila bicara soal pemuda, tentu kita menjadi bersemangat. Karena, pada masa mudalah kekuatan ini pada puncaknya. Secara fisik, sedang hebat-hebatnya. Begitu pula pemikirannya, dalam kondisi yang paling jernih.

Tidaklah mengherankan bila dalam Islam ada hadist Nabi yang menandaskan, “Gunakanlah lima kesempatan sebelum datangnya yang lima, yakni masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu.”

Malah, Rasulullah pernah mengatakan, ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu karenanya, yaitu kesehatan dan kesempatan. Untuk kesehatan kita mungkin menyadari betapa kebiasaan acuh terhadap hidup sehat telah membuat usia terdegradasi. Sementara buat yang melalaikan waktu padahal ada kesempatan, maka tinggal menunggu kehancuran saja. Kesempatan tidak datang dua kali.

Sewaktu muda, tenaga masih segar dengan semangat yang menyala-nyala. Bila potensi ini dipergunakan secara benar, tentu akan menghasilkan kekuatan yang luar biasa.
Sejarah telah membuktikan, betapa besar kontribusi pemuda terhadap perjuangan kemerdekaan negeri ini. Di samping Sumpah Pemuda yang merefleksikan sikap Jong Java, Jong Ambon, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, dan pemuda Tiong Hoa serta pemuda Arab untuk membulatkan tekad untuk bertumpah darah, berbangsa, dan berbahasa satu, Bahasa Indonesia; perjuangan pemuda dalam momen Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 juga tidak bisa dinisbikan.

Kala itu, kaum muda menculik Soekarno dan dibawa ke Rengasdengklok untuk membacakan Proklamasi Kemerdekaan atas nama bangsa Indonesia.
Kita juga tahu, bagaimana generasi muda Indonesia jauh sebelum kemerdekaan menjadi pemotivator gerakan kemerdekaan. Soekarno saat mendirikan PNI pada tahun 1921 usinya belum genap 20 tahun. Juga kita melihat sejarah bahwa Dr. Sam Ratulangi yang merebut gelar Doktornya di Belanda sebagai Doktor termuda.

Lantaran itu, Soekarno pernah mengatakan bahwa yang dibutuhkan negara ini adalah pemuda yang tangguh dan trengginas. Beliau mengatakan, “Berilah aku sepuluh pemuda saja, maka akan kugoncangkan dunia dan akan dipindahkannya gunung Mahameru.” Ungkapan ini tentu hanyalah metaforis saja, ungkapan ini rasanya memperlihatkan betapa penting dan strategisnya generasi muda.

Bahkan, pada jaman Nabi Muhammad, beliau selalu mengkader pemimpin muda. Sebut saja, Umar bin Khattab (27 tahun), Zaid bin Haritsah (20 tahun), Sa’ad bin Abi Waqash (17 tahun), malahan Ali bin Abi Thalib (8 tahun). Mereka itu kemudian menjadi pemimpin umat yang tangguh dan berkualitas.

Begitu sentralnya peran pemuda, sampai-sampai dalam wacana politik menjelang 2009 nanti, pemimpin negeri ini diusulkan juga berasal dari kaum muda. Meski ini masih menjadi perdebatan, tapi toh sejarah telah membuktikan betapa pemuda mampu memimpin dan berhasil membawa organisasi yang dipimpinnya bagus.

Bangsa dan negara Indonesia kini tengah membangun. Disinilah peran pemuda dituntut tampil prima dalam mengisi pembangunan masyarakat dan bangsanya. Apalagi ketika masyrakat sedang terjerat keterpurukan. Angka pengangguran yang tinggi serta penduduk miskin yang masih mengkhawatirkan tentu memerlukan langkah strategis untuk mengatasinya dengan cepat.

Pemuda senantiasa dituntut untuk bisa tampil guna memberikan solusi terbaik atas berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa dan negaranya. Ya, seperti apa yang diperlihatkan oleh kaum muda yang melahirkan Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, hingga reformasi 1998.

Perubahan merupakan hal alami dan harus terjadi. Di pundak kaum mudalah perubahan itu diamanahkan. Kini, dengan semangat Sumpah Pemuda semua elemen pemuda harus bangkit. Saatnya mengejar ketertinggalan dan jangan terninabobokkan oleh masa lalu. Ayo, bangkitlah pemuda Indonesia.