Random Post

.
Home » » Heboh Kedatangan Bush

Heboh Kedatangan Bush

Written By REDAKTUR on 15 November 2006 | 3:16 AM

RI-1 heboh. Saking hebohnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin rapat penyambutan buat Presiden Amerika George W. Bush.

Seluruh pembantunya yang berkaitan dengan keamanan seperti Menteri Pertahanan, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Panglima TNI, hingga Menteri Komunikasi dan Informasi tak luput dari instruksi untuk mengamankan kedatangan AS-1.

Mencermati kehebohan ini, kita sebagai masyarakat Indonesia yang awam ini merasa nelangsa. Mengapa petinggi negeri ini berbuat yang berlebihan hanya untuk menyambut seseorang yang banyak ditentang oleh warga dunia.

Seperti yang dilansir The Guardian, Bush disebut sebagai manusia paling berbahaya bagi kedamaian dunia ini. Berbagai kebijakannya kerap menyebabkan kepiluan manusia di bumi ini.

Bak seorang koboi, Bush "berusaha" untuk ikut campur urusan dalam negeri orang. Apalagi paska BOM WTC 11 September tiga tahun lalu. Ia memposisikan diri sebagai polisi dunia yang siap "menghukum" siapapun yang tidak disenanginya.

Sontak, atas perlakuan istimewa pemerintah RI itu berbagai elemen masyarakat -tak hanya warga Muslim- menentang kedatangannya. Berbagai demo pun marathon digelar di pelosok tanah air.

Berbagai tokoh nasional pun angkat bicara. Seperti halnya Prof. Dr. Amien Rais yang dengan tegas dan lantang menolak kedatangan Bush ke Indonesia. Apatah lagi dengan persiapan sambutan yang berlebihan dan menguras anggaran sampai Rp 6 miliar lebih.

Untuk mengetahui pendapat pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) ini, berikut wawancara wartawan dengan Prof. Dr. Amien Rais sebelum menjadi pembicara dalam Acara Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan, di Aula Buya Hamka Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Senin (13/11).

Menurut Anda, mengapa kelompok masyarakat dan ormas Islam di Indonesia menolak kedatangan Bush?
Saya kira begini ya, mengapa rakyat ramai menolak Bush. Karena Bush ini pengejewantahan, pertama dia seorang penjajah, Amerika menjajah Irak sampai sekarang, selain penjajah Bush juga penjahat perang, di penjara Guantanamo dan Abu Ghraib terjadi penyiksaan terhadap orang-orang Irak yang sangat menyedihkan, di mana serdadu AS melakukan tindakan yang sewenang-wenang seperti menguliti, menghinakan dan memperlakukan orang Irak itu seperti binatang.

Yang ketiga, Bush ini adalah pendusta, pada waktu kampanye ia mengharuskan sikap rendah hati, dalam mengendalikan AS tidak akan semaunya saja, dan kemudian masuk ke Irak ia juga kembali berdusta, katanya Irak menyimpan senjata pemusnah massal tapi tidak terbukti, dan katanya juga Saddam Husein temannya Usamah bin Ladin juga tidak terbukti.

Jadi yang jelas dia itu penjajah, pendusta, penjahat perang, kemudian dia itu biangnya teroris, yang melakukan perang global melawan terorisme, tapi yang terjadi dia melakukan terorisme di mana-mana. Nah kalau kita menerima Bush secara berlebihan itu merugikan dan menghinakan negara sendiri.

Bagaimana dengan pengamanan yang super ketat yang sudah disiapkan oleh pemerintah Indonesia itu?
Ya itu, kita seperti bangsa jongos, bangsa pelayan. Padahal Bush sudah di-emoh-in (tidak diinginkan-red), kita masih mengelukannya ibarat Superman. Jadi tidak masuk akal menurut saya, dan ini seharusnya menjadi koreksi besar pemerintahan Yudhoyono. Kalau bisa jangan diterima berlebihan, terima saja mengkin di Istana, alakadarnya, atau di Bandara Halim Perdanakusuma, kasih nasi goreng, nasi rawon atau apa saja, kemudian suruh pulang,

Bagaimana dengan penolakan massa secara besar-besaran?
Saya sangat setuju, saya akan ikut.

Apakah ada agenda terselubung dalam kunjungan Bush?
Saya tidak tahu, yang tahu cuma Yudhoyono, Presiden RI. Tetapi saya menduga ada kepentingan ekonomi dan kepentingan strategi AS, karena di sini ada ExxonMobil komisarisnya bapaknya Bush, Freeport, Newmont dan lain-lain. Itu yang sekarang harus diamankan, jangan sampai ada gerakan seperti di Bolivia atau Venezuela, yang perlu kita minta kontrak karyanya di nego (negosiasi-red) ulang.
Jadi saya kira, kalau Pak Yudhoyono berani akan tepat sekali, untuk mengatakan enough is enough, harus ada peninjauan ulang kontrak karya supaya kepentingan kita diunggulkan dari AS. Tapi saya kira kita masih memerlukan orang lain untuk itu bukan dia.

Bagaimana dengan himbauan untuk menghentikan aksi demonstrasi saat kedatangan Bush?
Saya kira teruskan saja berunjuk rasa, tapi jangan merusak, jangan bakar ban dan jangan lempar-lempar, apalagi ada yang luka-luka. Mari kita ekspresikan inilah kedaulatan kita, bangsa yang terinjak-injak, inilah ketersinggungan nasional, kita tunjukan kita ini bangsa yang besar bukan bangsa jongos, bukan bangsa pelayan.

Apakah harus ada kompensasi terhadap kerugian ekonomi warga Bogor akibat kedatangan Bush?
Kalau bisa kenapa tidak, artinya pemerintah tidak boleh zalim, pada rakyatnya sendiri.

Demikian pandangan Guru Besar Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini di mana masih cukup tegas dan lantang. Semoga para petinggi ini sadar dan tidak mau diperlakukan bak pelayan.
Share this article :

0 komentar:

.

.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PROPUBLIK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger