Random Post

.
Home » » GOLKAR Bermanuver, Konstelasi Politik Berubah

GOLKAR Bermanuver, Konstelasi Politik Berubah

Written By REDAKTUR on 23 April 2009 | 10:47 PM


Rapat Pimpinan Nasional Khusus (Rapimnassus) Partai GOLKAR di Hotel Borobudur, Kamis (23/4), akhirnya mengamanahi Ketua Umumnya, Jusuf Kalla, untuk menjadi calon presiden dan bertarung melawan kandidat dari Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Meski keputusan ini mengguratkan kekecewaan di benak sesepuh GOLKAR,Akbar Tanjung, lantaran kesempatannya untuk mendampingi SBY pupus. Tokoh GOLKAR ini kemudian terkesan berkonsolidasi dengan beberapa jajaran Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Tingkat II (Kabupaten/Kota) Partai GOLKAR di kediamannya maupun di sebuah hotel di Jakarta.

Publik seolah disegarkan kembali betapa beberapa pentolan partai ini terus bermanuver dan memenuhi ambisi pribadinya. Kesan ini nampak setelah mekanisme partai usai, yakni Rapimnassus yang memilih Jusuf Kalla sebagai Calon Presiden, reaksi Akbar Tanjung yang seolah tidak sepakat dengan keputusan partai itu.

Malah, ada wacana setelah itu Partai berlambang beringin ini didesak untuk mempercepat Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang sedianya akan digelar Desember nanti. Desakan ini berasal dari DPD Tingkat II yang terkesan kurang sepakat dengan hasil Rapimnassus.

Kondisi ini ternyata mengubah peta politik menjelang Pemilihan Presiden 2009. Partai-partai yang tadinya merapat ke Partai Demokrat nampaknya mulai berpikir ulang untuk meneruskan niatnya. Meski hal ini tidak terlalu vulgar, tapi publik bisa merasakan hal itu.

SBY yang dijagokan Partai Demokrat sejak awal, bak Putra Mahkota yang menanti putri untuk disandingkan padanya di pemilihan presiden Juni nanti. Incumbent seperti yang masyarakat ketahui menetapkan sejumlah persyarakat pada calon wakil presiden yang nantinya hendak dipilihnya.

Meski di awal SBY hendak bersanding dengan JK, namun dalam perjalanannya ada faktor lain yang menjadikan duo ini susah untuk bermesraan lagi di pemilihan presiden. Malah, ada kesan calon wakil presiden dari Partai GOLKAR, yakni JK, digantung sehingga menjadikan para petinggi partai warisan orde baru itu meradang. Klimaksnya, Rampimnassus menjagokan JK sebagai calon presiden untuk bertarung dengan SBY di pemilihan presiden nanti.

Tontotan Mengasyikkan
Bagaikan sinetron yang kerap ditayangkan di televisi, panggung politik menjelang pemilihan presiden juga seolah memainkan cerita mengharukan untuk memenuhi ambisi pribadi maupun golongannya.

SBY, pendiri dan juga Ketua Dewan Penasehat Partai Demokrat sendiri seolah memerankan tokoh utama. Amien Rais dari yang dahulu dikenal berseberangan dengan kebijakan pemerintahan SBY-JK, kini mulai berbelok seratus delapan puluh derajat. Terkesan Amien Rais 'merendahkan diri' dan hendak 'mengambil hati' SBY agar kadernya di PAN disandingkan sebagai calon wakil presidennya.

Manuver Amien Rais ini juga menimbulkan kesan tidak baik bagi Partai Amanat Nasional (PAN) yang dahulu dirintis 'tokoh' reformasi ini. Seperti diungkapkan Faisal Basri, mantan petinggi PAN, Amien dianggap sudah sepuh dan malah berbalik dan seolah meninggalkan konstituennya, dan menyodorkan kadernya pada SBY yang dahulu senantiasa dikritiknya.

Kesan 'perpecahan' PAN mulai terlihat ketika Ketua Umumnya, Sutrisno Bachir, tidak terlihat hadir ketika Amien Rais mengundang sejumlah Dewan Perwakilan Wilayah di rumahnya di Jogjakarta. Tak hanya itu, keputusan pertemuan 'informal' itu yang menganjurkan agar PAN merapat ke Partai Demokrat juga semakin mengherankan dan menimbulkan kesan kontradiktif pada sosok Amien Rais beserta PAN.

Sebelumnya, partai yang merapatkan barisan ke Partai Demokrat yakni PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) juga kurang harmonis di internal partainya. Terakhir, ketika petinggi PPP Suryadharma Ali dengan Bachtiar Chamsyah yang berseberangan faham dan sempat ditengarai akan memecah keutuhan partai berlambang Ka'bah tersebut. Sebelum sempat merembet besar, akhirnya keduanya berhasil 'didamaikan'.

Semua itu semakin mengasyikkan atau malah menjemukan publik yang menyaksikannya. Seolah dagelan politik dipertontonkan usai Pemilihan Umum legislatif yang menuai banyak persoalan.

Bayang suram perjalanan negeri seolah menggelayuti langit Indonesia di 2009 ini. Meski kondisi perekonomian relatif stabil, tapi kekhawatiran sejumlah pihak akan kurang kondusifnya perkembangan situasi politik mulai nampak.

Ekonomi Kerakyatan

Bagi masyarakat, siapapun nanti yang terpilih menjadi RI-1 dan RI-2, hendaknya jangan mengobral janji dan menebar pesona saja. Jangan sampai menghambur-hamburkan anggaran untuk sekedar tebar pesona atau kegiatan yang tak berkaitan dengan kemaslahatan masyarakat, terutama kelas bawah.

Ekonomi kerakyatan sudah saatnya menjadi primadona di negeri ini. Petani, nelayan, dan masyarakat kelas 'sandal jepit' sudah waktunya untuk lebih diperhatikan. Program-program pro rakyat miskin seperti PNPM Mandiri bisa diteruskan dengan catatan pelaksanaannya harus diawasi dengan benar. Program itu jangan sampai seperti program-program serupa yang dinilai hanya menghamburkan anggaran tapi kurang membawa dampak optimal bagi masyarakat.

Publik juga berharap agar pemimpin 2009-2014 nantinya bisa membawa bangsa ini kembali berkiprah di kancah internasional dengan core competenty-nya, yakni pertanian. Sebagai bangsa yang memiliki tanah pertanian yang subur dan hamparan laut yang kaya akan sumber daya hayati dan mineral, Republik Indonesia bisa lebih berdaya dari dewasa ini.

Bila pertanian kita lebih maju dan swasembada pangan bisa direalisasikan, juga laut kita bisa lebih diperhatikan, Indonesia akan menjadi negara besar dan bisa nomor wahid di kawasan Asia. Seolah julukan yang dahulu pernah tersematkan, yakni Macan Asia, bisa kembali ada di kita.
Share this article :

0 komentar:

.

.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PROPUBLIK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger