Random Post

.
Home » » Inflasi Turun, BI Rate Turun?

Inflasi Turun, BI Rate Turun?

Written By REDAKTUR on 30 November 2008 | 10:46 PM


Daya beli masyarakat mulai melemah terimbas krisis global. Hal ini terlihat dari tingkat inflasi November yang anjlok menjadi 0,12% secara bulanan dibandingkan Oktober sebesar 0,45%. Bahkan beberapa komponen mengalami deflasi.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi November sebesar 0,12%, dengan inflasi tahun kalender dari Januari hingga November sebesar 11,1% dan inflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 11,68%.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan, inflasi November dipicu kenaikan harga beberapa indeks. Seperti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 1,13%, kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik 0,23 %. Sementara sandang 0,72%, kesehatan 0,37%, pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,26%.

Adapun bahan makanan mencatat deflasi 0,67%, kemudian kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,31%. "Untuk pertama kali sepanjang tahun kelompok bahan pangan deflasi. Biasanya ini yang memicu inflasi. Ini belum memperhitungkan penurunan premium yang mulai berlaku hari ini," jelas Rusman, di Jakarta, Senin (1/12).

Turunnya inflasi ini sudah diprediksi beberapa kalangan. Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, misalnya. Ia memperkirakan angka inflasi November turun mencapai 0,26% dibandingkan Oktober. Menurutnya, tekanan terhadap harga bahan makanan dan makanan jadi, masih berlangsung seiring turunnya harga-harga komoditas.

Sehingga, meski belum memasuki musim panen, tetapi stok bahan makanan, terutama beras lebih dari cukup, sehingga harganya tidak naik, meskipun petani yang memulai musim tanam, mengalami kesulitan mendapatkan pupuk.

Lana bahkan sudah menyebutkan adanya kecenderungan deflasi, meskipun komponennya tidak tepat. Lana sempat memprediksi, komponen sandang serta komponen pendidikan, rekreasi dan olah raga akan mengalami deflasi. "Sedangkan komponen lainnya kami perkirakan relatif stabil," ujarnya.

Salah satu faktor yang mendorong penurunan harga, lanjut Lana, adalah daya beli masyarakat yang melemah. Selain kekhawatiran memburuknya perekonomian akibat meluasnya resesi global. “Hal ini akan membuat konsumen menahan diri berbelanja terutama barang sekunder seperti elektronika, sandang, otomotif,” ujarnya.

Sedangkan pengamat ekonomi dari UGM Sri Adiningsih mengakui, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mendorong kenaikan harga. Namun, pedagang masih menahan kenaikan harga barang hingga beberapa bulan mendatang. “Sehingga hal ini tidak terlalu memberatkan daya beli masayarakat,” katanya.

Sri pun semula memprediksikan inflasi November tidak jauh berbeda dengan Oktober sebesar 0,45%, yaitu plus minus 0,5%. Pasalnya, tidak ada kenaikan harga barang-barang yang signifikan. Sedangkan hingga akhir tahun, Sri memperkirakan inflasi mencapai level 11-12%.

Terkait suku bunga acuan, imbuh Lana, penurunan inflasi dapat membuka peluang bagi BI untuk memangkas suku bunga BI ratenya 25 bps menjadi 9,25%. Namun penurunan baru akan terjadi jika nilai tukar rupiah menguat lagi ke posisi Rp 11.500 per dolar AS.

Menurut Lana, penguatan rupiah merupakan sinyal membaiknya ekspektasi inflasi di masa mendatang. “Namun BI rate bisa tetap di 9,5% jika BI melihat penurunan inflasi November bersifat temporer dan tidak diikuti penguatan nilai tukar rupiah,” tambahnya.

Di sisi lain, penurunan harga BBM bersubsidi jenis premium menjadi Rp 5.500 per liter, dinilai Lana tidak memberi kontribusi signifikan karena belum akan menurunkan harga-harga barang lain yang menjadi turunannya seperti transportasi. “Padahal pengeluaran transportasi sekitar 30% dari total pengeluaran kelompok masyarakat menengah bawah,” imbuhnya.

Sementara Chief Economist Bank Danamon Anton Gunawan mengatakan, bobot bensin dalam besaran inflasi hanya 3,56%, sehingga penurunan bensin Rp 500 (dari Rp 6.000 ke Rp 5.500) hanya memberi dampak 0,33% ke inflasi.

"Dengan penurunan bensin 8%, maka efek dari penurunan harga bensin sedikitnya akan berkontribusi 0,33% terhadap inflasi," ujarnya. Ia pun menyayangkan harga solar tidak ikut diturunkan.

Pasalnya, kalau solar diturunkan dengan besaran yang sama, dengan bobot 3% dalam inflasi, maka kontribusinya sebagai bahan bakar sebagian besar angkutan umum terhadap penurunan inflasi dapat mencapai 0,24%.
Share this article :

0 komentar:

.

.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PROPUBLIK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger