Random Post

.
Home » » Membangun Solidaritas

Membangun Solidaritas

Written By REDAKTUR on 14 September 2008 | 10:31 PM

Rasa lapar dan dahaga pada saat puasa bagi orang beriman merupakan sesuatu yang paling indah dalam hidupnya. Ramadhan ini merupakan manifestasi hati yang tunduk kepada Sang Pencipta.

Perut yang telah menjadi gudang kecil, tapi tak henti-hentinya selalu ditimbun dengan aneka ragam makanan, sehingga perlu disujudkan pada Tuhan Sang Pencipta, agar ia bisa membantu menyehatkan jasmani dan rohani dalam sebuah kerja besar, iaitu pensucian diri.

Bila puasa itu merupakan upaya pensucian diri, kalau upaya itu berhasil, hasilnya adalah "pencerahan" atau lebih tepat lagi bisa disebut "kecerahan". Kecerahan yang dimaksud ialah kembalinya diri pribadi kepada fitrah.

Itulah mengapa sehabis kaum muslimin membersihkan dirinya dengan puasa, disediakan hari bahagia yang disebut Idul Fitri, yang artinya kembali ke fitrah, kembali kepada kesucian diri lahir batin sebagaimana sucinya seorang bayi yang baru lahir fitrah, suci tanpa setitik noda maupun dosa.

Dalam konteks ini, setiap diri umat manusia hendaknya bertanya kepada hati nuraninya sendiri, benarkah puasanya mampu membawa dirinya pada sebuah pencerahan sehingga pada akhir Ramadhan ia menjadi manusia utuh yang sudah siap kembali ke fitrah?
Idul Fitri memang hari penuh bahagia, dan itu memang disediakan Allah utamanya bagi orang-orang yang telah mendapatkan kemenangan dalam puasanya, karena ibadahnya berhasil membawanya kembali pulang kepada fitrah. Dalam agama, kemenangan itu dirayakan dengan mengagungkan Nama Tuhan.

Kebesaran dan keagungan Tuhan senantiasa disebut di kala itu. Kalau manusia yang beriman melihat kebesaran alam semesta, dengan bumi, bulan, matahari, serta planet-planet yang sampai saat ini jumlahnya belum bisa dipastikan, meski dengan komputer; serta bencana-bencana besar dunia yang merupakan ujian sekaligus kritik Tuhan terhadap umat manusia.

Dengan menghayati Keagungan Tuhan, seorang manusia akan menjadi rendah hati, tidak sombong dan tidak takabur meski dirinya seorang konglomerat yang kaya raya, atau seorang intelektual yang kenamaan. Penghayatan hati yang mendalam terhadap makna yang tersirat dalam pelafalan Keagungan Nama Tuhan, ialah munculnya keselarasan jiwa dalam membangun hablun minallah (hubungan manusia dengan Tuhan) dan hablun minannas (hubungan manusia dengan manusia). Selanjutnya kedua istilah itu tak hanya indah dalam konsep yang tersimpan di lemari hati, lebih dari itu telah menjadi tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan penghayatan terhadap kalimat takbir yang menimbulkan sikap rendah hati, maka pada hari raya tak akan ada kesempatan bagi diri untuk memamer-mamerkan harta benda dan kekayaan dengan aneka macam pakaian dan makanan yang mewah dan mahal.

Sementara di pihak lain masih ada saudara-saudara kita yang berhari raya cukup dengan nasi dari jenis beras yang paling murah dengan seiris tempe, dengan sarung dan pakaian yang kumal bersama anak-anaknya yang meski mandi tapi tetap dekil.

Tentu tidak salah datang ke lapangan atau ke masjid dengan kostum yang mahal, baju takwa dari kain impor, atau busana muslimah yang gemerlapan dengan warna warni. Selagi berpakaian indah seperti itu diniatkan untuk menghormati hari raya dalam rangka mengagungkan Allah, sekaligus untuk mensyukuri nikmat Allah tentu saja afdol, punya nilai keutamaan dan mendapat pahala. Namun, bila sebaliknya, maka perbuatan itu hanyalah sia-sia belaka.

Dalam hal ini seorang penyair muslim menyitir dengan sebait puisinya yang sangat populer. “Hari raya itu bukan untuk orang yang berpakaian baru, tapi untuk orang yang selalu menambah amal saleh dalam hidupnya”.

Dengan memahami dan menghayati makna hari raya seperti itu, diharapkan rasa solidaritas antara sesama umat manusia bisa tumbuh. Rasa ego alias kesombongan karena kekayaan atau kekuasaan dan jabatan, seharusnya tidak perlu ada karena dihadapan Tuhan semua umat manusia itu sama. Yang membedakan hanyalah amal kebaikan dan ibadah mereka.
Share this article :

0 komentar:

.

.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PROPUBLIK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger