Pembuatan BKT Rugikan Masyarakat

Baru sebulan dimulainya kembali pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT), ternyata proyek ini malah menimbulkan permasalahan baru bagi masyarakat sekitar.

Di samping polusi udara yang disebabkan oleh debu tanah pada siang hari, juga deru truk berukuran besar, proyek BKT ternyata malah menambah resah warga, karena ketika hujan datang banjir malah semakin besar dan meluas.

Lihat saja sepanjang jalan mulai dari Kampung Melayu, Duren Sawit, hingga Pondok Kopi semakin banyak ceceran tanah, lubang, dan begitu semrawut pemandangannya.

Kemacetan yang setiap hari menjadi pemandangan di sepanjang jalan itu, seakan semakin bertambah intensitasnya. Kali ini tidak hanya pagi sewaktu masyarakat berangkat beraktivitas atau sore ketika mereka pulang, akan tetapi hampir sepanjang hari kepadatan terjadi di daerah tersebut.

Hujan sebentar saja, sepanjang jalan sebelum Rumah Sakit Duren Sawit sepanjang satu kilo meter sudah terendam air. Sementara sebelum Pondok Kopi pun mengalami hal sama. Banjir semakin meluas dan menjengkelkan.

Sepertinya setiap pemerintah daerah melakukan pembangunan, masyarakat selalu dibuat kesal. Entah itu macet, banjir, dan yang lebih sengsara lagi adalah tergusur.

Tentu kita ingat janji kampanye Bang Foke, Fauzi Bowo. Ia bertepung dada "Serahkan pada Ahlinya". Bang Kumis ini berjanji akan mengatasi kesemrawutan Jakarta dengan serangkaian program yang tidak meminggirkan hak warganya.

Tapi kini, kenyataan bercerita lain. Busway tetap saja menimbulkan masalah. Macet semakin bertambah. Banjir bertambah sering frekuensinya dan meluas daerahnya. Jalanan banyak yang berlubang, dan kalaupun ada perbaikan hanya ditambal saja.

Apakah demikian tipe pemimpin-pemimpin kita? Hoooi....dimanakah pemimpinku???