Seolah tak terimbas gejolak ekonomi yang mengusik pasar, industri telekomunikasi nasional terus melesat kencang. Promosi industri ini begitu gencar. Istilah Thomas L Friedman, dunia kini semakin datar.
Berbagai urusan kini bisa diproses hanya dengan memencet tombol-tombol mungil di benda bernama telepon seluler (ponsel). Dan, pemain di industri ini pun bergelimang uang. Pemain baru pun tertolong paket bundling.
"Untuk pasar wireless, Indonesia adalah pasar dengan perkembangan terbesar dan tercepat di dunia," ujar Presiden Direktur PT Excelmindo Pratama Tbk (XL) Hasnul Suhaimi kepada INILAH.COM di Jakarta, Senin (7/4).
Data World Cellular Information Service menunjukkan, tingkat penetrasi seluler di Indonesia yang pada 2006 baru mencapai 25 %, tahun lalu melonjak hingga 43 %. Artinya, makin banyak warga yang sudah bisa menikmati layanan ponsel.
Meski begitu, ceruk pasar industri ini tetap masih sangat besar. Sebab, selama ini baru Pulau Jawa yang banyak disasar. Para pelaku industri ini optimistis, pertumbuhan sektor telekomunikasi bakal menggelinding cepat tahun ini.
Salah satu bukti adalah membaiknya kinerja finansial operator telekomunikasi seiring meningkatnya jumlah pelanggan. Secara akumulatif, industri ini mampu meraup pendapatan Rp 26,63 triliun. Itu di luar Telkom, termasuk Telkomsel, yang hingga kini belum merilis laporan keuangannya.
Operator terbesar nomor dua di Tanah Air, PT Indosat Tbk (ISAT), mencatat kinerja paling cemerlang. Tahun lalu, emiten berkode perdagangan ISAT itu membukukan laba bersih Rp 2,04 triliun, naik dari periode sebelumnya yang tercatat Rp 1,41 triliun.
Direktur Utama ISAT Johnny Swandi Sjam menyatakan, pada 2007, ISAT mencatat pendapatan Rp 16,48 triliun. Pada 2006, perseroan membukukan pendapatan Rp 12,23 triliun. "Tahun ini pertumbuhan pendapatan perseroan ditargetkan naik 18 % dibandingkan tahun lalu," ujarnya.
Tahun ini, ISAT menyiapkan belanja modal (capex) US$ 1,2 miliar. Mayoritas dana itu akan digunakan untuk pembangunan BTS guna perluasan jaringan. Saat ini, ISAT sudah punya 10 ribu BTS. "Kami berharap ada tambahan tiga ribu BTS lagi," ucapnya.
Dana capex juga digunakan untuk memperkuat jaringan backbone. Di Pulau Jawa, karena hampir semua area sudah terjangkau, ISAT akan lebih fokus pada peningkatan kapasitas jaringan. "Sedangkan di luar Jawa fokus pada penambahan coverage," jelasnya.
Muara dari aksi penambahan BTS itu, perseroan ingin meningkatkan jumlah pelanggan tahun ini. "Kami membidik enam juta pelanggan baru tahun ini," tegas Johnny.
Sumber capex, jelas Johnny, diperoleh dari kas internal dan eksternal. Dari kas internal US$ 800 juta. Sisanya dicarikan dari eksternal. Ia menyebutkan, ISAT menyiapkan sejumlah opsi seperti penerbitan obligasi, sukuk, dan pembiayaan dari perbankan.
ISAT, ungkap Johnny, telah menerbitkan obligasi senilai US$ 180 juta atau Rp 1,6 triliun dalam rangka pemenuhan dana untuk kebutuhan capex. Dengan demikian, total pembiayaan dari eksternal masih kurang US$ 220 juta.
Analis saham PT Optima Securities Ikhsan Binarto menyatakan, kinerja Indosat sebenarnya bisa lebih kencang dari saat ini. Tapi, problem di awal-awal ekspansi mereka membuat ISAT kalah start dengan Telkomsel.
Setelah Indosat, kinerja apik juga diukir XL. Tahun lalu, perseroan membukukan laba bersih Rp 251 miliar, turun 62 % dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai Rp 652 miliar. Meski turun, secara nominal laba bersih XL tetap lebih baik dari pemain lainnya.
Di belakang XL, ada PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Tahun lalu, BTEL membukukan laba bersih Rp 144,27 miliar, melonjak 98,5 % dari capaian tahun sebelumnya (Rp 72,68 miliar). Pendapatan operator CDMA merek Esia itu juga tumbuh gila-gilaan, naik 112 % menjadi Rp 1,29 triliun pada 2007.
Tahun ini, perseroan menganggarkan US$ 0,23 miliar (Rp 2 triliun) untuk melakukan ekspansi. Jatim termasuk pasar besar yang disasar BTEL. Tahun ini, perseroan menargetkan punya tujuh juta pelanggan baru.
Di pihak lain, PT Mobile-8 Telecom Tbk yang dikenal lewat produk Fren membukukan laba bersih Rp 50,34 miliar, meningkat 45,3 % dibandingkan laba bersih 2006 yang mencapai Rp 34,64 miliar.
Home »
» Panen Raya Sektor Telekomunikasi
Panen Raya Sektor Telekomunikasi
Written By REDAKTUR on 07 April 2008 | 12:32 AM
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
0 komentar:
Post a Comment