Random Post

.
Home » » Angka Kemiskinan (Sejatinya) Bertambah?

Angka Kemiskinan (Sejatinya) Bertambah?

Written By REDAKTUR on 11 November 2011 | 1:53 AM


Pemerintah menyatakan, pertumbuhan ekonomi Kuartal III/2011 mencapai 6,5 persen. Akan tetapi, laporan terbaru Bank Pembangunan Asia (ADB, 2011) menyebutkan sebaliknya: Indonesia menjadi satu-satunya negara yang kemiskinannya meningkat di Asia Tenggara, bahkan lebih buruk dibandingkan Kamboja dan Laos. Data ADB itu menunjukkan, penduduk miskin meningkat dari 40,4 juta (2008) menjadi 43,1 juta orang (2010), atau bertambah 2,7 juta orang miskin selama tiga tahun terakhir.

Deretan angka itu memampangkan kepada kita, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 6,5 persen yang ditunjang faktor konsumsi publik, ternyata tidak memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Ini terlihat dari peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2011 yang justru merosot signifikan. Indikator IPM mencakup akses pada kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, yang dirilis Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) pada 2 November 2011, membeberkan peringkat Indonesia merosot dari posisi ke-108 menjadi ke-124.

Di samping kemiskinan melonjak, celakanya, jurang kesenjangan di Indonesia juga melebar. Menurut data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terdapat 591.890 rekening kakap di atas Rp 500 juta yang jumlahnya mencapai Rp 1.750,97 triliun. Kekayaan 40 orang paling tajir di Indonesia, jumlahnya setara dengan kekayaan 60 juta penduduk. Peningkatan kekayaan orang terkaya tersebut melejit rata-rata 80 persen selama lima tahun terakhir, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi yang berkisar 6 persen per tahun.

Kesimpulannya: Ini bom waktu! Situasi ketidakadilan sosial-ekonomi yang dibiarkan terus terjadi ini bisa menyebabkan ledakan sosial kapan saja. Fenomena kesenjangan ini sangat tinggi di Indonesia, bahkan jauh lebih lebih buruk dibandingkan di Amerika. Kekayaan 400 orang terkaya di Paman Sam itu setara 9,4 persen PDB, di Indonesia sepersepuluhnya (atau 40 orang terkaya) telah setara dengan 10,3 persen PDB. Dalam situasi itu, rakyat Amerika yang sangat marah dan memunculkan Gerakan 99% dan Occupy Wall Street yang kini menjalar hingga 900 kota di dunia.

Kalau tak mau gerakan itu berjangkit di sini, mau tak mau pemerintah harus segera merombak sistem pembangunan agar lebih adil dan menjadikan pengurangan kesenjangan sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama ini tak dapat dipungkiri hanya menguntungkan segelintir elit, termasuk para perampok uang negara. Kesenjangan yang tinggi bisa menjadi bom waktu, dan bila meledak, dalam sekejap akan merontokkan hasil pembangunan bertahun-tahun.

Makanya kita mendorong pemerintah segera melakukan tindakan konkret untuk mengantisipasi hal ini. Selain menjaga pertumbuhan ekonomi—agar gejolak perekonomian global tidak memberi dampak negatif bagi Indonesia—pemerintah haris melakukan berbagai upaya untuk memperkecil kesenjangan ekonomi di masyarakat. Selain itu, dalam kondisi global seperti saat ini, Indonesia juga harus melakukan penguatan ekonomi domestik, terutama pergerakan ekonomi di luar pulau Jawa agar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi terjaga, merata, dan berkeadilan.
Share this article :

0 komentar:

.

.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PROPUBLIK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger