Penghujung 2009, peristiwa politik di tanah air rupanya semakin memanas. Kasus bailout Bank Century sepertinya kian berkembang dan cenderung merembet ke mana-mana.
Selain proses politik di Senayan yang menyibak tabir beberapa skenario dibalik kebijakan bailout terlahir, ternyata proses hukum juga mulai berjalan. Meski demikian, proses hukum kalah cepat dibandingkan dengan politik.
Di tengah hiruk-pikuk panitia khusus Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk Kasus Bailout Bank Century meminta keterangan sejumlah pihak, masyarakat kembali dihenyakkan oleh peluncuran buku kontroversial "Menyibak Gurita Cikeas" karya George Aditjondro, peneliti dan dosen yang tinggal di Australia.
Buku ini rupanya menyulut kemarahan pihak-pihak yang tercantum di dalamnya. Satu per satu bantahan pun mengemuka. Media massa terus memberitakan ungkapan pihak-pihak tersebut.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menggelar jumpa wartawan meski tidak secara eksplisit menanggapi langsung buku itu.
Meski terlihat jamak, karena beberapa peristiwa serupa juga pernah terjadi ketika ada lontaran memerahkan telinga pejabat tertentu di media massa. Langsung menepis ataupun membantahnya.
Sebagai masyarakat biasa, tentu arena perang pendapat di media massa menjadi begitu menarik sekaligus 'maaf' menggelikan. Apalagi ketika pandangan itu masih menjadi perhatian publik dan prosesnya masih berjalan.
Bila sedang menjabat tentu alangkah lebih arif bila tidak tambah memperkeruh suasana dengan berbagai pendapat itu. Tentu lebih bijak bila semua itu menjadi sebuah koreksi dan penyemangat dalam mengemban amanah rakyat.
Seolah seperti kartel politik kejadian demi kejadian yang terungkap belakangan ini. Setelah masyarakat dihadirkan peristiwa memilukan sekaligus memalukan bagaimana seorang oknum pengusaha diduga bisa memutarbalikkan hukum di negeri kita. Apalagi ketika si oknum tersebut menyebut pihak-pihak tertentu dalam melakukan aksinya.
Hmmm.....ternyata masih banyak buaya ataupun bahkan godzila di negeri ini. Berbagai kepentingan pribadi ataupun golongan masih berseliweran di langit Indonesia.
Rakyat masih sekedar diperlukan bila mereka yang berkepentingan itu akan mempromosikan dirinya untuk dipilih setiap lima tahunnya. Huh....rakyat kini masih tersisih dan menjadi tumbal saja.
Home »
» Tak Usah Bereaksi Berlebihan
Tak Usah Bereaksi Berlebihan
Written By REDAKTUR on 27 December 2009 | 10:51 AM
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
0 komentar:
Post a Comment