Random Post

.
Home » » Lebih dari 58 Negara Melakukan Eksploitasi Anak

Lebih dari 58 Negara Melakukan Eksploitasi Anak

Written By REDAKTUR on 11 September 2009 | 9:55 PM


Sebuah laporan Pemerintah Amerika Serikat menunjukkan, di lebih dari 58 negara pekerja anak dipaksa menghasilkan ratusan barang—menanam kopi di Kolombia hingga membuat hiasan untuk Natal di China—yang produknya sering berakhir di pasar AS.

Pemerintah AS ingin menyadarkan semua perusahaan dan konsumen di AS bahwa semua produk tersebut dihasilkan oleh pekerja anak serta pekerja paksa. AS juga ingin terlibat dengan banyak negara dan perusahaan yang diduga telah menggunakan tangan-tangan pekerja anak di tempat yang salah dan mencoba memperbaiki kondisi tersebut.

”Saya sungguh berharap perusahaan-perusahaan besar akan menanggapi persoalan tersebut dengan serius,” kata Menteri Tenaga Kerja AS Hilda Solis.

Walaupun sudah ada beberapa kemajuan dalam mengurangi pekerja anak dan kerja paksa, masalah serupa terus bergulir. Pekerja anak dan pekerja lain masih dipaksa menghasilkan berbagai produk di hampir semua wilayah di dunia, mulai dari perkebunan kakao di Afrika Barat, tebu di Amerika Latin, hingga sutra di India.

Dari laporan tersebut, sejauh ini memang belum ada perusahaan di AS yang menggunakan pekerja anak atau pekerja paksa. Juga tidak ada bisnis yang membeli produk yang dihasilkan oleh pekerja anak atau hasil kerja paksa itu. Dengan diumumkannya masalah ini, pemerintah tidak bermaksud menghukum perusahaan atau memberi sanksi dagang terhadap negara-negara yang terlibat.

Mengharapkan kesadaran

Tujuannya tidak lain adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pekerja anak atau kerja paksa yang digunakan dalam memproduksi barang-barang yang diperdagangkan. Hal ini juga bertujuan mendorong upaya sukarela perusahaan AS untuk memastikan bahwa barang-barang mentah dari pemasok asing tidak dibuat oleh pekerja anak atau pekerja paksa.

”Harapan saya adalah agar kita bisa mendapatkan lebih banyak dukungan dari konsumen sehingga mereka mengerti dan menjadi lebih waspada serta melihat di mana barang-barang itu diproduksi,” kata Solis lagi.

”Dengan mengetahui produk-produk yang dihasilkan para budak anak ini dapat memengaruhi niat konsumen,” kata Senator Tom Harkin Iowa, anggota Partai Demokrat yang menghabiskan hampir dua dasawarsa bekerja untuk mengakhiri praktik perburuhan anak ini.

Beberapa pihak sudah berupaya mengurangi pekerja anak. Harkin dan Rep Eliot Engel, seorang Demokrat New York, menghabiskan waktu bertahun- tahun bekerja sama dengan industri cokelat AS untuk mengurangi pekerja anak di kebun kakao di Ghana dan Pantai Gading.

Beberapa perusahaan AS, seperti Levi Strauss & Co dan Coca-Cola Co, memiliki kebijakan khusus untuk memastikan tidak ada tenaga kerja anak yang dipakai dalam memproduksi produk mereka.
Share this article :

0 komentar:

.

.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PROPUBLIK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger