Random Post

.
Home » » Ketika Kelaparan (Hanya) Menjadi Tontonan?

Ketika Kelaparan (Hanya) Menjadi Tontonan?

Written By REDAKTUR on 26 June 2009 | 5:12 AM

Sebelumnya perkenankan saya mengulang cerita dari BLOG Mas Rusdi Mathari, seorang jurnalis blog yang saya kagumi tulisan-tulisannya. Tadi, saya sempat 'trenyuh' begitu menyimak tulisan tentang meninggalnya dua orang anak di negeri ini, dan ternyata tempatnya tidak jauh dari pusat Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menurut konstitusi kita harus menjamin warganya tidak lapar, tidak miskin, dan hidupnya sejahtera.

Tulisan ini juga begitu menggelitik, karena penyajiannya begitu menarik dan indah pemilihan kata-katanya. Tapi, tentu tidak cukup hanya itu. Setelah menyimak tulisan ini, saya menjadi berinstrospeksi, di tengah keterbatasan saya secara materi, ternyata masih banyak yang begitu membutuhkan uluran tangan dari kita yang --sekali lagi-- ternyata hidup tidak jauh dari tempat kita sehari-hari beraktivitas.

Sempat dan beberapa kali saya coba 'diskusi' kecil dengan orang-orang yang berkompeten dan punya 'kewenangan' (seharusnya tanggung jawab) terhadap orang miskin dan anak terlantar. Mereka itu tentu duduk disebuah tim yang 'judulnya' penanggulangan kemiskinan. Mungkin tim ini kurang begitu populer meski sang ketuanya merupakan menteri koordinator yang setiap hari bergumul dengan kemiskinan dan upaya peningkatan kesejahteraan.

Bingung. Ketika mereka mengatakan 'begitu besar dana' yang seharusnya diperuntukkan bagi pengentasan kaum papa dan juga penanggulangan kemiskinan. Mungkin kata yang pas adalah penanggulangan, tapi saya coba gunakan dua kata itu dengan maksud mereka yang kini berkekurangan harus dicarikan SOLUSI DARURAT dan EXTRA ORDINARY untuk dientaskan dari kubangan kemiskinan.

Saya juga begitu tergelitik ketika kawan 'diskusi' yang merupakan salah seorang karyawan dari 'lembaga keuangan internasional' dan penyokong dana berbagai program "pro poor" itu.

Sedikit melebar, kawan 'diskusi' itu tentunya 'rate'-nya dolar Amerika Serikat. Tapi, ya demikianlah, semua itu 'katanya' satu paket dari 'bantuan' yang selama ini diberikan pada bangsa ini.

Dalam tulisan ini, mungkin terlalu normatif, lantaran belum adanya fakta bahwa dari apa yang disebut dana hibah, bantuan utang, dan lain sebagainya itu disebut-sebut separohnya buat operasional dari 'lembaga donor' dan 'biaya lain-lain'.

Tapi, kembali ke persoalan kelaparan dan kemiskinan yang akhirnya menjadi 'pencabut nyawa' dari generasi penerus bangsa ini, tentunya pihak-pihak yang selama ini mengatakan "PRO RAKYAT", "ATAS NAMA RAKYAT", "KAMI SELAMA INI SUDAH MEMPROGRAMKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN", "LANJUTKAN", dan "LAIN SEBAGAINYA" harus berpikir ucapan-ucapannya itu. Apakah benar mereka BEREMPATI tiap hari ataukah bila ada perlunya saja.

Jangan sampai KEMISKINAN hanya menjadi KOMODITI lima tahunan dan tiap hari hanya menjadi TONTONAN saja.

Juga mereka yang selama ini berkecimpung di lembaga agama atau lainnya yang mengumpulkan dana umat seperti zakat, infaq, dan shodaqoh, apakah benar-benar telah AMANAH seperti yang digariskan agama?
Share this article :

0 komentar:

.

.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PROPUBLIK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger